cover
Contact Name
Muhammad Najib Habibie
Contact Email
najib.habibie@gmail.com
Phone
+6285693191211
Journal Mail Official
jurnal.mg@gmail.com
Editorial Address
Jl. Angkasa 1 No. 2 Kemayoran, Jakarta Pusat 10720
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
JURNAL METEOROLOGI DAN GEOFISIKA
ISSN : 14113082     EISSN : 25275372     DOI : https://www.doi.org/10.31172/jmg
Core Subject : Science,
Jurnal Meteorologi dan Geofisika (JMG) is a scientific research journal published by the Research and Development Center of the Meteorology, Climatology and Geophysics Agency (BMKG) as a means to publish research and development achievements in Meteorology, Climatology, Air Quality and Geophysics.
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol 8, No 2 (2007)" : 7 Documents clear
UNDERSTANDING FARMERS’ NEED TO CLIMATE INFORMATION Rizaldi Boer; Ismail Wahab; Mugni Hadi Hariadi
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 8, No 2 (2007)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (174.603 KB) | DOI: 10.31172/jmg.v8i2.14

Abstract

Availability of good skill seasonal climate forecast will be very useful for farmers to assist them to tailor their cropping strategies to the forecast so that the climate risks can be minimized or avoided. This study aimed to identify type of relevant climate forecast information for potato and chili farmers of Pengalengan. The study was done through interview with 60 farmers. The study reveals that the most important climate information required by farmers is the onset of rainy season and then followed by amount of rainfall, and number of rainy days during the seasons. About 75% of farmers said that they need the information at least one month before planting to enable them to prepare better planting strategy. For potato farmers, they expect that they can get information on the onset of rainy season around August. However, the increase in farmers’ capacity to use seasonal climate forecast should be followed by supporting policies or regulations or resources to maximize the benefit of using the forecast, such as price policy, and good storage facility to accommodate surplus production resulting from changing planting strategy. Ketersediaan prakiraan musim dengan skill tinggi sangat diperlukan bagi petani untuk menyesuaikan strategi budidaya dengan informasi prakiraan tersebut sehingga risiko iklim dapat diminimumkan atau dihindari. Kajian ini mengidentifikasi informasi prakiraan yang relevan bagi petani kentang dan cabe Pengalengan, Bandung-Jawa Barat dengan menginterview 60 petani. Hasil analisis menunjukkan bahwa informasi iklim yang dianggap paling penting bagi petani ialah awal masuk musim hujan dan kemudian diikuti oleh banyak hari hujan dalam musim. Sekitar 75% petani menyatakan bahwa mereka membutuhkan informasi tersebut minimal satu bulan sebelum tanam supaya mereka dapat mengatus strategi budidaya dengan baik. Untuk petani kentang, mereka mengharapkan dapat memperoleh informasi prakiraan awal musim hujan sekitar Agustus. Namun demikian para petani mengungkapkan bahwa peningkatan kemampuan mereka dalam memanfaatkan informasi iklim tidak akan bermanfaat banyak apabila tidak disertai dukungan kebijakan dan peraturan atau sumberdaya yang memungkinkan mereka untuk bisa memaksimumkan keuntungan dari menggunakan informasi prakiraan tersebut. Kebijakan yang dimaksud diantaranya kebijakan harga, dan ketersediaan fasilitas gudang yang dapat mengakomodasi kelebihan produksi yang diperoleh dari perubahan pola budidaya yang mereka lakukan.
STUDI PERIODISITAS GEMPABUMI DI ZONA SUBDUKSI JAWA DENGAN METODE WAVELET Supriyanto Rohadi; Hendra Grandis; Mezak Arnold Ratag
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 8, No 2 (2007)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1926.986 KB) | DOI: 10.31172/jmg.v8i2.15

Abstract

Gempabumi merupakan proses titik (point process) yang berarti setiap kejadian merepresentasikan waktu dan ruang masing-masing. Oleh karena itu, analisis katalog gempabumi secara metodologi lebih sulit daripada analisis model deret waktu lain. Dalam pelaksanaanya aplikasi model deret waktu pada katalog gempabumi memerlukan perubahan sementara, misalnya kedalam bentuk akar kuadrat energi (strain energy release). Selain itu, dalam analisis deret waktu ini biasanya dihadapkan pada permasalahan resolusi frekuensi-waktu dimana dalam paper ini suatu metode multi resolusi wavelet digunakan untuk mensiasati permasalahan frekuensi-waktu. Transformasi Box-Cox, maksimum entropi, transformasi wavelet digunakan untuk mendeteksi periodisitas dari strain energy release gempabumi. Data yang digunakan adalah katalog gempabumi NEIC tahun 1973-2006 untuk Zona Subduksi Jawa dengan batas 6,5° LS - 12° LS dan 105° BT - 115° BT. Dari periodisitas energi dapat diketahui aktivitas gempabumi berdasarkan kedalaman dimana dominan siklus kegempaan adalah empat tahun, sedangkan berdasarkan zona wilayah memiliki siklus kegempaan dua hingga delapan tahunan.
Sampul Jurnal MG JMG BMKG
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 8, No 2 (2007)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (167.772 KB)

Abstract

Sampul Jurnal Meteorologi dan Geofisika
STUDI GEOFISIKA TERPADU DI LERENG SELATAN G. UNGARAN, JAWA TENGAH, DAN IMPLIKASINYA TERHADAP STRUKTUR PANAS BUMI Eddy Z. Gaffar; Dadan D. Wardhana; Djedi S. Widarto
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 8, No 2 (2007)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1981.027 KB) | DOI: 10.31172/jmg.v8i2.16

Abstract

Sigian geofisika terpadu telah dilakukan di lapangan panasbumi Gedongsongo yang terletak di lereng selatan Gunung Ungaran, Jawa Tengah. Sigian ini dilakukan untuk memperkirakan sebaran zona konduktif dan atau demagnetisasi di bawah permukaan yang erat kaitannya dengan keberadaan sistem panasbumi Gedongsongo. Peta sebaran harga geomagnet menunjukkan adanya anomali rendah di sekitar Kawah Item sampai lereng timur G. Gedongsongo, serta di sekitar Dusun Darum. Anomali rendah ini diduga berasosiasi dengan zona demagnetisasi atau material panas yang boleh jadi hadir sebagai fluida termal. Model tahanan-jenis hasil inversi 2-D data magnetotelurik menunjukkan adanya anomali rendah (<30 ohm-m) pada kedalaman sekitar 400 m di bawah Kawah Item. Ini diduga berkaitan dengan reservoir panasbumi Gedongsongo. Anomali tahanan-jenis sangat tinggi (>10000 ohm-m) dijumpai berbentuk seperti kerucut parasitik gunungapi yang boleh jadi berfungsi sebagai sumber panas. Hasil penelitian menyimpulkan adanya korelasi positif antara model-model geomagnet dan magnetotelurik, terutama gambaran sebaran zona konduktif atau demagnetisasi tinggi.
PROSES METEOROLOGIS BENCANA BANJIR DI INDONESIA Bayong Tjasyono H. Kasih; Ina Juaeni; Sri Woro B. Harijono
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 8, No 2 (2007)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31172/jmg.v8i2.12

Abstract

Bencana banjir harus diatasi dari segala aspek. Awan konvektif jenis cumulonimbus dapat menyebabkan bencana banjir lokal. Sistem cuaca skala meso seperti zona konvergensi intertropis (ZKI) dan siklon tropis dapat menyebabkan bencana banjir skala luas. Pada bulan Desember, Januari dan Februari (DJF) zona konvergensi intertropis berada di atas wilayah Indonesia belahan bumi selatan. Siklon tropis yang bergerak dekat dengan perairan Indonesia mampu meningkatkan intensitas bencana banjir. Baik hujan konveksional, hujan konvergensi, maupun hujan siklon tropis, ketiganya diakibatkan oleh sel tekanan udara rendah pada pusat konveksi, zona konvergensi intertropis dan mata siklon tropis. Hujan konveksional terjadi setelah insolasi maksimum. Sebagai wilayah monsun, Indonesia mengalami hujan lebat terutama pada musim panas dan gugur belahan bumi. Efek orografik di daerah monsun juga dapat meningkatkan jumlah curah hujan pada lereng di atas angin. Flood disaster must be overcomed from the whole aspects. Convective clouds of cumulonimbus type cause local flood disaster, while meso – scale weather system, such as intertropical convergence zone (ICZ), and tropical cyclone result in large scale flood disaster. In the months of December, January, February, the intertropical convergence zone lies over the southern hemisphere Indonesian region. Track of tropical cyclone near the Indonesian waters is able to increase the intensity of flood disaster. Either convectional or convergence rainfall as well as tropical cyclone rainfall, the three of them in consequence of the low air pressure at the convection center, the intertropical convergence zone and the tropical cyclone eye. Convectional rainfall occures after the maximum insolation. As a monsoon region, Indonesia suffer heavy rainfall especially in hemisphere summer and autumn. Orographic effect in monsoonal region can also increase the amount of rainfall in the windward slope.
Pengantar dan Daftar Isi JMG BMKG
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 8, No 2 (2007)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (139.83 KB)

Abstract

Pengantar dan Daftar Isi Jurnal Meteorologi dan Geofisika
PENGGUNAAN FAST FOURIER TRANSFORM DALAM ANALISIS KENORMALAN CURAH HUJAN DI SUMATERA BARAT DAN SELATAN KHUSUSNYA SAAT KEJADIAN DIPOLE MODE Eddy Hermawan
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 8, No 2 (2007)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31172/jmg.v8i2.13

Abstract

Studi ini menekankan kepada penggunaan teknik FFT (Fast Fourier Transform) dalam menganalisis kenormalan curah hujan bulanan di beberapa kawasan yang ada di Sumatera Barat dan Sumatera Selatan, khususnya pada saat kejadian Dipole Mode (DM). Data yang digunakan selain curah hujan rata-rata bulanan, juga data Dipole Mode Index (DMI) rata-rata bulanan periode Januari 1980 hingga Desember 1999. Hasilnya menunjukkan bahwa secara umum curah hujan bulanan yang tersebar di kawasan tersebut cukup bervariatif. Hal ini ditunjukkan pada analisis spektral yang menunjukkan periodisitas yang cukup kompleks.Hasil analisis spektral lebih lanjut menunjukkan bahwa kedua wilayah tersebut didominasi oleh tipe iklim Monsun. Hal ini terlihat pada puncak energi spektralnya yang berada pada periode sekitar 12 bulan. Walaupun demikian, di beberapa wilayah di Sumatera Barat masih juga ditemukan puncak energi spektral pada periode 6 bulan yaitu di daerah Bukit Tinggi, Maninjau, dan Sicincin. Selain itu, puncak energi spektral juga ditemukan pada periode 18-36 bulan, 50-100 bulan di beberapa wilayah walaupun tidak terlalu kuat. Sementara analisis spektral DMI menunjukkan bahwa puncak energi spektral berada pada periode 18-36 bulan dan 50 bulan. Adanya persamaan osilasi pada DMI dengan curah hujan di kedua kawasan tersebut merupakan indikasi awal bahwa DM mempengaruhi curah hujan di Sumatera Barat dan Sumatera Selatan.Fenomena Dipole Mode mempengaruhi curah hujan di Sumatera Selatan dan Sumatera Barat. Dibandingkan DM (-), DM (+) ternyata memberikan pengaruh yang relatif lebih besar terhadap curah hujan di kedua kawasan tersebut. Pada saat DM (+), wilayah Sumatera Barat dan Sumatera Selatan memiliki curah hujan di bawah normal terutama pada perioda JJA dan SON. Pada saat DM (-), wilayah Sumatera Barat dan Sumatera Selatan memiliki curah hujan di atas normal. This study is mainly concerned to the use of Fast Fourier Transform (FFT technique in analysing the monthly rainfall normally at the several areas in the Western and Southern part of Sumatera Island, especially when the Dipole Mode (DM) event occurred over that region. Data used in this study are the average of monthly rainfall and Dipole Mode Index (DMI) for period of January 1980 to December 1999. The result shows that the average of monthly rainfall is quite various. It is shown by the complexicity of the periodicity in the spectral analysis. The more spectral analysis shows that those area are mostly influenced by Monsoon which can be seen by the predominant peak oscillation closed to 12 month. However, less of them are influenced by Semi-Annual Oscillation such as Bukit Tinggi, Maninjau, and Sicincin with predominant oscillation closed to 6 month. Neverthless, in some areas, it is found the predominant peak oscillation between 18-36 month, 50 month, and 100 month respectively although it is not as strong as 12 or 6 month oscillation. While, the predominant peak oscillation for DM are found at 18-36 month and 50 month, respectively. The similar periodicity of the DMI and rainfall indicates that DM influences rainfall in Western and Southern Sumatera. Dipole Mode Phenomena influences rainfall in Western and Southern Sumatera. Compared by DM (-), DM(+) more influences rainfall in both areas. When DM(+) occurs, the rainfall in those areas is under normal condition especially on JJA (Juni-July-August) and SON (September-October-November). However, when DM(-) occurs, the rainfall is abundant than usual.

Page 1 of 1 | Total Record : 7